Social Icons

Pages

Wednesday, March 16, 2022

Keutamaan Bulan Ramadhan

 

Keutamaan Bulan Ramadhan

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Alhamdulillah, sebentar lagi kita akan menginjak bulan Ramadhan. Berikut adalah keistimewaan-keistimewaan yang disebutkan dalam berbagai ayat dan hadits. Semoga dengan mengetahui hal ini, kita akan semakin semangat di bulan Ramadhan. Hanya Allah yang beri taufik.

1. Ramadhan adalah Bulan Diturunkannya Al Qur’an

Bulan ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan ini dipilih  sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini pula Al Qur’an diturunkan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah: 185)

Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini mengatakan, ”(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memuji bulan puasa –yaitu bulan Ramadhan- dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ’alaihimus salam.”[1]

2. Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Surga Dibuka Ketika Ramadhan Tiba

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

”Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.”[2]

Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan, “Hadits di atas dapat bermakna, terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu Jahannam dan terbelenggunya setan-setan sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan dan mulianya bulan tersebut.” Lanjut Al Qodhi ‘Iyadh, “Juga dapat bermakna terbukanya pintu surga karena Allah memudahkan berbagai ketaatan pada hamba-Nya di bulan Ramadhan seperti puasa dan shalat malam. Hal ini berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan, orang akan lebih sibuk melakukan kebaikan daripada melakukan hal maksiat. Inilah sebab mereka dapat memasuki surga dan pintunya. Sedangkan tertutupnya pintu neraka dan terbelenggunya setan, inilah yang mengakibatkan seseorang mudah menjauhi maksiat ketika itu.” [3]

3. Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan

 

Pada bulan ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah –yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan- saat diturunkannya Al Qur’anul Karim.

Allah Ta’ala berfirman,

 

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3

 

”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr: 1-3).

Dan Allah Ta’ala juga berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

”Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan: 3). Yang dimaksud malam yang diberkahi di sini adalah malam lailatul qadr. Inilah pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah[4]. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama di antaranya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.[5]

4. Bulan Ramadhan adalah Salah Satu Waktu Dikabulkannya Do’a

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ

”Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.”[6]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizholimi”.[7] An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Hadits ini menunjukkan bahwa disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk berdo’a dari awal ia berpuasa hingga akhirnya karena ia dinamakan orang yang berpuasa ketika itu.”[8] An Nawawi rahimahullah mengatakan pula, “Disunnahkan bagi orang yang berpuasa ketika ia dalam keadaan berpuasa untuk berdo’a demi keperluan akhirat dan dunianya, juga pada perkara yang ia sukai serta jangan lupa pula untuk mendoakan kaum muslimin lainnya.”[9]

 

Semoga sajian ini bermanfaat.

 

Penulis:  Ustad.Muhammad Abduh Tuasikal, MSc

Cuplikan dari Buku Panduan Ramadhan

[1] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 2/179.

[2] HR. Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu

[3] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7/188.

[4] Tafsir Ath Thobari, 21/6.

[5] Zaadul Masiir, 7/336-337.

[6] HR. Al Bazaar, dari Jabir bin ‘Abdillah. Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid (10/149) mengatakan bahwa perowinya tsiqoh (terpercaya). Lihat Jaami’ul Ahadits, 9/224.

[7] HR. At Tirmidzi no. 3598. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan.

[8] Al Majmu’, 6/375.

[9] Idem.

 

 

Sumber rumaysho.com

Monday, March 14, 2022

Halaqah 06 Silsilah Belajar Tauhid ~ Apa Itu Tauhid

 

Silsilah Ilmiyyah 1 Belajar Tauhid

Halaqah 06 ~ Apa Itu Tauhid

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

 

بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين

 

Halaqah yang ke-6 dari Silsilah Belajar Tauhid yaitu “Apa itu Tauhid?”

 

Saudara sekalian, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan pemahaman kepada kita semua.

Sebelum kita jauh melangkah di dalam Silsilah ini, tentunya kita harus benar-benar memahami apa makna Tauhid yang wajib kita pelajari dan kita amalkan.

TAUHID

■ Secara bahasa adalah mengEsakan

■ Secara istilah adalah mengEsakan Allāh di dalam beribadah.

Seseorang tidak dinamakan bertauhid sehingga dia meninggalkan peribadatan kepada selain Allāh, seperti:

• Berdo’a kepada selain Allāh

• Bernadzar untuk selain Allāh

• Menyembelih untuk selain Allāh

• Dan lain-lain.

Apabila seseorang beribadah kepada Allāh dan menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allāh, siapapun dia, entah itu seorang Nabi, Malaikat atau yang lain maka inilah yang dinamakan dengan syirik yaitu menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam beribadah.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

 {ﻭَﺇِﺫْ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢُ ﻷَﺑِﻴﻪِ ﻭَﻗَﻮْﻣِﻪِ ﺇِﻧَّﻨِﻰ ﺑَﺮَﺁﺀٌ ﻣِّﻤَّﺄ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ {26} ﺇِﻻَّ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻓَﻄَﺮَﻧِﻲ {27

’’Dan ingatlah ketika Ibrāhīm berkata kepada bapaknya dan kaumnya ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali Dzat yang telah menciptakan aku’” (Az-Zukhrūf 26-27)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَ ﻛَﻔَﺮَ ﺑِﻤَﺎ ﻳُﻌْﺒَﺪُ ﻣِﻦْ ﺩُﻭْﻥِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺣَﺮُﻡَ ﻣَﺎﻟُﻪُ ﻭَﺩَﻣُﻪُ ﻭَ ﺣِﺴَﺎﺑُﻪُ ﻋَﻠﻰَ ﺍﻟﻠﻪِ

’’Barangsiapa yang mengatakan ‘’Lā ilāha illallāh’’ dan mengingkari segala sesuatu yang disembah selain Allāh maka haram hartanya dan darahnya (artinya tidak boleh diganggu) dan perhitungannya (hisabnya) adalah atas Allāh Subhānahu wa Ta’āla ‘’.

(Hadits shahīh, HR. Imam Muslim)

Oleh karena itu, rukun kalimat Tauhid (Lā ilāha illallāh) ada 2 :

⑴ Nafi (pengingkaran)

Nafi pada kalimat ‘’Lā ilāha’’ artinya tidak ada Tuhan yang berhak disembah. Maksudnya adalah mengingkari tuhan–tuhan selain Allāh.

⑵ Itsbat (penetapan) Itsbat pada kalimat ‘’illallāh” artinya kecuali Allāh. Maksudnya adalah menetapkan Allāh sebagai satu-satunya sesembahan.

والله الموافق

وصلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين

 

Akhūkum,

‘Abdullāh Roy

 Sumber :  http://www.abdullahroy.com

Sunday, March 13, 2022

Halaqah 05 Silsilah Belajar Tauhid ~ Taubat Dari Kesyirikan

Silsilah Ilmiyyah 1 Belajar Tauhid

-Halaqah 05 ~ Taubat Dari Kesyirikan

-Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين

 

Halaqoh yang ke-5 adalah “Taubat dari kesyirikan”.

Orang yang berbuat syirik, saudara sekalian, dan dia meninggal dunia tanpa bertaubat kepada Allāh, maka dosa syirik tersebut tidak akan diampuni.

Namun apabila dia bertaubat sebelum dia meninggal, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mengampuni dosanya, bagaimanapun besarnya dosa tersebut.

Taubat nashūha adalah taubat yang terpenuhi didalamnya 3 syarat:

1⃣ Menyesal

2⃣ Meninggalkan perbuatan tersebut

3⃣ Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ الله إِنَّ الله يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah: Hai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri sendiri (yaitu dengan berbuat dosa), janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allāh. Sesungguhnya Allāh mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az-Zumar ayat 53)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

إِنَّ الله يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ

“Sesungguhnya Allāh menerima taubat seorang hamba selama ruh belum sampai ke tenggorokan.”

(HR. Tirmidzi & Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany rahimahullāh)

Para shahābat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak semuanya lahir dalam keadaan Islam, bahkan banyak diantara mereka yang masuk Islam ketika sudah besar. Dan sebelumnya bergelimang dengan kesyirikan.

Supaya tidak terjerumus kembali ke dalam kesyirikan, maka seseorang harus mempelajari Tauhid dan memahaminya dengan baik, mengetahui jenis-jenis kesyirikan, sehingga dia bisa menjauhi kesyirikan tersebut.

Itulah halaqah yang ke-5 dan sampai berjumpa kembali pada halaqah berikutnya.

وصلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين

Akhūkum,

‘Abdullāh Roy

Didukung oleh http://www.abdullahroy.com

 

 
Blogger Templates