Social Icons

Pages

Sunday, December 17, 2017

AQIDAH AHLUS SUNNAH SEPUTAR ARSY Oleh Ustadz Kholid Syamhudi


Mengenal hal-hal yang ghoib dan mengimaninya merupakan salah satu sifat kaum muttaqin sebagaimana firman Allah :
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدَى لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan di dalamnya ; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. [Al-Baqarah/2:2-3]
Diantara hal-hal yang penting adalah mengenal makhluq-makhluq Allah yang ghoib yang tidak tampak oleh panca indera kita, akan tetapi telah diberitakan oleh Allah melalui Al-Quran dan As-Sunnah keberadaannya, sehingga menuntut kita untuk mengetahui dan mengimaninya agar dapat dikatakan telah beriman kepada yang ghoib.
Diantara mereka adalah Arsy, tempat bersemayamnya Allah Taala sebagaimana disebutkan di 19 surat dalam Al-Quran, di antaranya.
إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَلَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam. [Al A’raf /7:54]
وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
Dia adalah Rabb yang memiliki ‘Arsy yang agung”. [At-Taubah/9:129]
إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ اْلأَمْرَ مَامِن شَفِيعٍ إِلاَّ مِن بَعْدِ إِذْنِهِ ذَلِكُمُ اللهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada keizinan-Nya. Yang demikian itulah Allah, Rabb kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran. [Hud/10:3]
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَآءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَلَئِن قُلْتَ إِنَّكُم مَّبْعُوثُونَ مِن بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولُنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَآلَسِحْرٌ مُّبِينٌ
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa dan adalah ‘Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah):”Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata:”Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata”. [Yunus/11:7]
اللهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأَجَلٍ مُّسَمًّى يُدَبِّرُ اْلأَمْرَ يُفَصِّلُ اْلأَيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَآءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan.Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan.Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Rabbmu. [Ar-Rad/13:2]
قُل لَّوْ كَانَ مَعَهُ ءَالِهَةٌ كَمَا يَقُولُونَ إِذًا لاَّبْتَغَوْا إِلَى ذِي الْعَرْشِ سَبِيلاً
Katakanlah:”jikalau ada ilah-ilah di samping-Nya, sebagaimana yang mereka katakan, niscaya ilah-ilah itu mencari jalan kepada (Rabb) Yang mempunyai ‘Arsy”. [Al-Isra/17:42]
الرَّحْمَنُ عَلَى اْلعَرْشِ اسْتَوَى
(Yaitu) Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas ‘Arsy. [Thoha/20:5]
لَوْكَانَ فِيهِمَآ ءَ الِهَةٌ إِلاَّ اللهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ
Sekiranya ada di langit dan di bumi ilah-ilah selain Allah, tentulah keduanya itu sudah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. [Al-Anbiya/21:22]
قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيم
Katakanlah:”Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?” [Al-Mu’minun/23:86]
فَتَعَالَى اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لآإِلَهَ إِلاَّهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيم
Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya;tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Rabb (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia. [Al-Mu’minun/ 23:116]
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَمَابَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ فَسْئَلْ بِهِ خَبِيرًا
Yang Menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. [Al-Furqan/25:59]
اللهُ لآإِلَهَ إِلاَّهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
Allah, tiada Ilah Yang disembah kecuali Dia, Rabb Yang mempunyai’Arsy yang besar”. [An-Naml/27:26]
الله الذِيْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَابَيْنَهُمَا فِيْ سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى اْلعَرْشِ مَالَكُمْ مِنْ دُوْنِهِ مِنْ وَلِي وَلاشَفِيْعٍ أَفَلا تَتَذَكَّرُوْنَ
Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy.tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa’at.Maka apakah kamu tidak memperhatikan? [AS-Sajadah/32:4]
وَتَرَى الْمَلاَئِكَةَ حَآفِّينَ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رِبِّهِمْ وَقُضِيَ بَيْنَهُم بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين
Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar disekeliling ‘Arsy bertasbih sambil memuji Rabb-nya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan:”Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam”. [Az-Zumar/39:75]
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَىْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekililingnya bertasbih memuji Rabbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan):”Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala. [Al-Mu’min/40:7]
رَفِيعُ الدَّرَجَاتِ ذُو الْعَرْشِ يُلْقِي الرُّوحَ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِ لِيُنذِرَ يَوْمَ التَّلاَقِ
(Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai ‘Arsy, Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat), (QS. Alm-Mu’min/40:15]
سُبْحَانَ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ
Maha Suci Rabb Yang mempunyai langit dan bumi, Rabb Yang mempunyai ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan itu. [Az-Zukhruf/43:82]
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَايَلِجُ فِي اْلأَرْضِ وَمَايَخْرُجُ مِنْهَا وَمَايَنزِلُ مِنَ السَّمَآءِ وَمَايَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَاكُنتُمْ وَاللهُ بِمَاتَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang ke luar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya.Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. [Al-Hadiid/57:4]
وَالْمَلَكُ عَلَى أَرْجَآئِهَا وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ
Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka. [Al-Haaqah/69:17]
ذِى قُوَّةٍ عِندَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ
Yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy. [At-Takwir/81:20]
ذِي الْعَرْشِ اْلمَجِيْدِ
Yang mempunyai singgasana, lagi Mahamulia. [Al-Buruuj/85:15]
Ini semua menunjukkan keberadaan dan keagungannya
Berkata Imam Ath-Thohawy : Al Arsy dan Kursi adalah benar adanya.
Akan tetapi walaupun demikian masih banyak kaum muslimin yang mengaku telah beriman kepada yang ghoib yang belum mengetahui permasalahan ini bahkan mengingkari keberadaannya walaupun mereka telah membaca Alquran dan mengerti maknanya. Oleh karena itu tampaknya perlu dibahas lagi permasalahan ini agar diketahui dan difahami sesuai dengan hakikat kebenaran yang berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
PENGERTIAN ARSY
Arsy merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab yang pada asalnya mengandung makna ketinggian suatu bangunan akan tetapi ia dipakai bangsa Arab untuk menunjukkan beberapa makna, diantaranya:
1. Singgasana Raja.
Berkata Al-Khalil : Alarsy adalah singgasana untuk raja [1]
Berkata Al Azhaary: dan Al Arsy dalam bahasa Arab bermakna singgasana raja , yang menunujukkan hal itu adalah singgasana Raja Saba’ yang telah dinamai Allah dengan Al Arsy, dalam firman Nya:
إِنِّي وَجَدتُّ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِن كُلِّ شَىْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. [An-Naml/ 27:23] [2]
2. Atap Rumah.
Berkata Al-Khalil : Arsyul Bait yaitu atapnya. [3]
Berkata Az-Zubaidy: Dan Al Arsy dari rumah adalah atapnya sebagaimana dalam hadits:
أَوْ كَالْقَنْدِيْلِ اْلمُعَلَّقِ بِالْعَرْشِ
atau seperti kendil yang tergantung di Al Arsy, yaitu atap.
Dan dalam hadits lain.
كُنْتُ أَسْمَعُ قِرَاءَةَ رَسُوْلِ الله عَلَى عَرْشِيْ
Aku telah mendengar bacaan Rasulullah dari atas arsy yaitu atap rumahku.
Dn dengan makna ini juga ditafsirkan firman Allah:
أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا
Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang-orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. [Al-Baqarah/2: 259] [4]
3. Tiang Dari Sesuatu
Berkata Az-Zubaidy : Dan Al-Arsy bermakna tiang dari sesuatu. Ini pendapat Az-Zujaaj dan Al-Kisaa’i. [5]
4. Kerajaan.
Berkata Al-Azhaary : Dan Al-Arsy adalah kerajaan, dikatakan: Tsulla Arsyuhu bermakna hilang kerajaan dan keperkasaannya.[6]
5. Bagian Dari Punggung Kaki
berkata Al-Khalil : Al-Arsy di kaki adalah bagian antara al-himaar dengan jari-jari kaki di bagian atas (punggung) telapak kaki, dan al-himaar adalah tulang yang menonjol di bagian punggung telapak kaki, dan jamaknya Iraasyah dan A’rasy. [7]
Dan berkata Ibnul A’rabi : Punggung telapak kaki dinanakan Arsy dan perut telapak kaki dinamakan Alakhmash. [8]
Inilah sebagian makna Al-Arsy dalam bahasa Arab, akan tetapi makna-makna tersebut akan berubah-ubah sesuai dengan yang disandarinya. Sedangkan yang dimaksud dengan Arsy Allah adalah singgasana, sesuai dengan petunjuk yang telah ditunjukkan oleh nash-nash Al-Quran dan As-Sunnah.
Adapun syubhat yang dilontarkan orang-orang Jahmiyah bahwa makna Al-Arsy dalam firman Allah :
الرَّحْمَنُ عَلَى اْلعَرْشِ اسْتَوَى
(Yaitu) Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas ‘Arsy. [Thoha/20:5]
Mengandung kemungkinan beberapa makna, sehingga tidak diketahui makna apa yang ditunjukkan ayat ini dari makna-makna tersebut.
Hal ini telah dijawab oleh Ibnu Qayim dengan mengatakan : Ini merupakan perancuan terhadap orang-orang yang bodoh dan merupakan kedustaan yang nyata, karena Arsy Allah yang Dia bersemayam diatasnya tidak memiliki makna kecuali satu makna saja, walaupun Arsy secara umum memiliki beberapa makna. Akan tetapi huruf lam disini adalah untuk menunjukkan sesuatu yang telah diketahui sebelumnya (Al ‘Ahd), maka hal itu membuat makna Arsy menjadi tertentu saja yaitu Arsy Arrobb yang bermakna singgasana kerajaannya yang telah disepakati dan diakui para rasul dan para umat kecuali orang yang menentang para Rasul….[9]
APAKAH ARSY ITU?
Pengertian Al Arsy menurut Ahlu Sunnah wal Jamaah (manhaj Salaf), adalah makhluq Allah yang tertinggi berupa singgasana seperti kubah yang memiliki tiang-tiang yang dipikul dan dikelilingi oleh para malaikat.
Berkata Al-Baihaaqy : dan pendapat para ahli tafsir tentang Al-Arsy adalah singgasana, dan dia adalah jasad yang berbentuk yang telah diciptakan Allah dan Dia perintahkan para malaikat untuk memikilnya dan beribadah dengan mengagungkan dan berthawaf padanya, sebagimana Dia menciptakan satu rumah dibumi dan memerintahkan bani Adam untuk berthawaf padanya dan menghadapkan kepadanya ketika sholat. Dan pendapat-pendapat mereka itu ada dalil penunjukkannya yang jelas dalam ayat-ayat dan hadits-hadits serta atsar-atsar. [10]
Berkata Ibnu Katsir : Dia adalah singgasana yang memiliki tiang-tiang yang dipikul oleh para malaikat dan dia seperti kubah yang menutupi alam ini dan dia adalah atapnya para makhluq. [11]
Dan berkata Adz-Dzahabiy – setelah menyebutkan kebahagian ahli syurga- : Apa yang disangka tentang Al-Arsy yang agung yang telah dijadikan Allah untuk diriNya dalam ketinggian, luas, tiang-tiang, bentuk, pemikulnya dan melaikat-malaikat berlingkar disekeliling ‘Arsy serta kebagusan dan keindahannya. Sungguh telah diriwayatkan, dia dibuat dari yaquut (jenis permata yang sangat indah (pen)) yang berwarna merah. [12]. Berdalil dengan dalil-dalil sebagai berikut:
1. Dalil Al-Arsy adalah makhluq Allah yang telah Allah ciptakan:
Dari Al-Quran
ذَالِكُمُ اللهُ رَبُّكُمْ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَىْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Rabb kamu; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. [Al-An’am/6:102]
Maka setiap sesuatu di alam ini adalah makhluq yang Allah ciptakan dan adakan, dan Al Arsy adalah salah satu makhluq dari makhluq-makhluq Allah.
Dan firman Allah :
اللهُ لآإِلَهَ إِلاَّهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
Allah, tiada Ilah Yang disembah kecuali Dia, Rabb Yang mempunyai ‘Arsy yang besar. [An-Naml/27:26]
وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
Dia adalah Rabb yang memiliki ‘Arsy yang agung. [At-Taubah/9:129]
Berkata Al Haafidz Ibnu Hajar, firman Allah :
وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
Dia adalah Rabb yang memiliki ‘Arsy yang agung”. [At-Taubah/9:129]
Memberikan isyarat penunjukkan bahwa Al-Arsy dimiliki, dan setiap yang dimiliki adalah makhluq… dan dalam penetapan tiang-tiang Al-Arsy ada penunjukan yang tegas bahwa Arsy adalah sesuatu yang tersusun dari beberapa bagian dan anggota tubuh, dan sesuatu yang tersusun demikian adalah makhluq yang diciptakan.[13]
Dari As-Sunnah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Abu Raziin Al uqailiy, beliau berkata:
يَارَسُوْلَ الله أَيْنَ كَانَ رَبُّنَا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ خَلْقَهُ ؟ قاَلَ كَانَ فِيْ عَمَاء مَا فَوْقَهُ هَوَاءُ وَ مَا تَحَْهُ هَوَاءُ ثُمَّ خَلَقَ عَرْشَهُ عَلَى اْلمَاءِ
Wahai Rasulullah dimana dahulu Rabb kita berada sebelum menciptakan makhluqNya ? Beliau menjawab: Dia berada di ‘amaa, tidak ada diatas dan bawahnya udara, kemudian dia menciptakan Arsy-Nya diatas air. [14]
Ini adalah dalil-dalil yang digunakan oleh para ulama salaf dalam menetapkan Arsy sebagai makhluq dari makhluq Allah.
2. Dalil Al-Arsy adalah makhluq Allah yang tertinggi dan berbentuk kubah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا سَأَلْتُمُ الله فَاسْأَلُوْهُ اْلفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ وَسَطُ اْلجَنَّةِ وَ أَعْلاهَا وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفْجُرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
Jika kalian meminta, mintalah Al-Firdaus, karena dia adalah tengah-tengah syurga dan yang paling tinggi dan diatasnya adalah Arsy Allah, dan darinya terpancar sungai-sungai syurga. [15]
Berkata Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah bin Abi Zamaniin dalam kitabnya Ushulus Sunnah : Dan dari pendapat Ahlus Sunnah adalah Allah telah menciptakan Al-Arsy dan mengkhususkannya dengan berada diatas dan ketinggian diatas semua makhluqNya…[16]
Dan berkata Ibnu Taimiyah : Adapun Al-Arsy maka dia berupa kubah sebagimana diriwayatkan dalam As-Sunan karya Abu Daud dari jalan periwayatan Jubair bin Muth’im, dia berkata : Telah datang menemui Rasulullah seorang A’rab dan berkata : Wahai Rasululloh jiwa-jiwa telah susah dan keluarga telah kelaparan- dan beliau menyebut hadits- sampai berkata Rasulullah :
إِنَّ الله عَلَى عَرْشِهِ وَ إِنَّ عَرْشَهُ عَلَى سَمَوَاتِهِ وَ أَرْضِهِ كَهَكَذَا وَ قَالَ بِأَصَابِعِهِ مِثْلَ اْلقُبَّةِ
Sesungguhnya Allah diatas ArsyNya dan ArsyNya diatas langit-langit dan bumi, seperti begini dan memberikan isyarat dengan jari-jemarinya seperti kubah. [17]
Dan tentang ketinggiannya Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا سَأَلْتُمُ الله فَاسْأَلُوْهُ اْلفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ وَسَطُ اْلجَنَّةِ وَ أَعْلاهَا وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفْجُرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
Jka kalian meminta, mintalah Al-Firdaus, karena dia syurga yang paling utama dan yang paling tinggi dan diatasnya adalah Arsy Allah, dan darinya terpancar sungai-sungai syurga.[18]
Dan jelaslah dengan hadits-hadits ini bahwa Al-Arsy adalah makhluq yang paling tinggi dan dia seperti kubah…[19]
3. Dalil Al-Arsy Aalah Singgasana.
Berkata Ibnu Qutaibah : Mereka mencari-cari makna lain untuk Arsy selain singgasana, sedangkan Ulama bahasa (Arab) tidak mengenal makna untuk Arsy kecuali singgasana dan apa yang digelar dari atap-atap dan yang serupanya.[20]
Berkata Ibnu Katsier : Al-Arsy dalam bahasa Arab artinya dari singgasana untuk seorang raja, sebagaimana firman Allah :
وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ
Adalah dia (ratu Bilqis) mempunyai singgasana yang besar [An-Naml : 23]
Dan bukan galaksi.
Demikian juga bangsa Arab tidak mengenal hal itu sedangkan Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab, maka dia adalah singgasana yang memiliki tiang-tiang…[21]
4. Dalil Bahwa Arsy Adalah Singgasana Yang Memiliki Tiang-Tiang
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ النَّاسَ يَصْعَقُوْنَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ فَأَكُوْنَ أَوَّلَ مَنْ يَفِيْقُ فَإِذَا أَنَا بِمُوْسَى آَخِذٌ بِقَائِمَةٍ مِنْ قَوَائِمِ اْلعَرْشِ فَلا أَدْرِيْ أَفَاقَ قَبْلِيْ أَمْ جُوْزِيَ بِصَعْقَةِ الطُّوْرِ
Sesungguhnya manusia pingsan pada hari kiamat, lalu aku adalah orang yang pertama sadar, seketika itu aku mendapatkan Musa sedang memegang sebuah tiang dari tiang-tiang Al-Arsy, maka aku tidak tahu apakah dia telah sadar sebelumku ataukah dia dibebaskan (dari pingsan tersebut) karena telah pingsan di Bukit Thur. [22]
Berkata Ibnu Abil Izz : Telah tetap dalam syariat bahwa Al-Arsy memiliki tiang-tiang. [23]
4. Dalil Bahwa Arsy Dipikul Dan Para Malaikat MelakuKan Thawaf
Dari Al-Qur’an.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَىْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekililingnya bertasbih memuji Rabbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan):”Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala. [Al-Mu’min:7]
وَالْمَلَكُ عَلَى أَرْجَآئِهَا وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ
Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka. [Al-Haaqah/69:17]
Dari As-Sunnah.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Jabir bin Abdillah : Aku diizinkan untuk membicarakan seorang malaikat dari para malaikat Allah dari pemikul Al-Arsy, sungguh jarak antara daun telinganya sampai bahunya sepanjang perjalanan 700 tahun. [24]
Dari sini jelaslah aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah tentang Al-Arsy dan ini merupakan pendapat salaf dalam hal itu.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun V/1422H/2001M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
_______
Footnote
[1]. Kitabul ain 1/291
[2]. Tahdzibul lughoh 1/413
[3]. Kitabul ain 1/ 291
[4]. Taajul Arusy 4/321
[5]. Ibid
[6]. Tahdzibul lughoh 1/414
[7]. Kitabulain 1/293
[8]. Lisanul arab 4/2882
[9]. Mukhtashor Shawaiqul Mursalah 1/17-18.
[10]. Al Asma wa Shifat hal. 497
[11]. Albidayah 1/12
[12]. Al Ulu hal. 57
[13]. Fathul Baary 13/405
[14]. HSR Attirmidzi dalam Jami’ Attirmidzi (sunan ) kitab Tafsir, bab surat Hud 5/288 hadits No. 3109, Ibnu Majah dalam sunannya Al Muqadimah bab fimaa Ankarat Aljahmiyah 1/63, Imam Ahmad dalam Musnadnya (4/11-12) Ibnu Abi Ashim, dalam As-Sunnah 1/271 dan Muhammad bin Utsman bin Abi Syaibah dalam kitabnya Al-Arsy hal.313-314. semuanya dari jalan periwayatan Hamad bin Salamah. Hadits ini dihasankan oleh Attirmidzi dan Adz-Dzahabi dan dilemahkan oleh Al-Albany dalam Mukhtashor Al Ulu hal. 186. dan berkata: dalam penshihihannya tidak benar, karena semuanya bertemu pada waki’ bin hads, dan ada yang mengatakan ‘ads, dan dia seorang majhul (tidak dikenal) yang tidak ada yang meriwayatkan darinya selain ya’la bin atha’ oleh karena itu dikatakan oleh penulis (yaitu Adz Dzahabi): tidak dikenal. Dan berkata di dalam kitab Dzilaalil Jannah 1/271: sanadnya lemah, waki’ bin ‘ads dan dikatakan Hads seorang yang majhul, tidak ada yang meriwayatkan darinya selain Ya’la bin Atha’ dan tidak juga beliau di tsiqahkan kecuali oleh Ibnu hibban.
[15]. HSR Bukhori dalam shohihnya kitab Tauhid bab wa kaana Arsyuhu Ala Alma’ lihat fathul Bari 13/404.
[16]. Hal. 282.
[17]. HSR Ibnu Abi Ashim dalam Assunnah 1/252
[18]. HSR Bukhori dalam shohihnya kitab Tauhid bab wa kaana Arsyuhu Ala Alma’ lihat fathul Bari 13/404.
[19]. Al-Fatawa 5/151.
[20]. Al-Ikhtilaaf fil lafadz hal. 240
[21]. Al-Bidayah 1/11-12
[22]. HSR Bukhori No. 2411, 3408, 6517 dan 6518 dan Muslim No. 2373
[23]. Syarah Aqidah Ath-Thahawiyah hal. 366
[24]. Sanadnya shahih, diriwayatkan oleh Abu Daud dalam sunannya 5/96 No.4727, Alkhothib dalam tarikhnya 10/195 dan Albaihaqy dalam AlAsma wa Shifat hal. 397 dari hadits Ibnul Munkadir dari Jabir. Berkata Adz -Dzahabiy dalam kitabnya Al Ulu : sanadnya shohih dan berkata Ibnu Katsir dalam Tafsirnya 4/414 :Sanadnya baik dan perawi-perawinya tsiqat semua


Sumber: https://almanhaj.or.id/3021-aqidah-ahlus-sunnah-seputar-arsy.html

Tuesday, October 24, 2017

BIOGRAFI USTAD KHALID BASALAMAH


Biografi Ustadz DR. Khalid Basalamah, MA Biografi Ustadz DR. Khalid Basalamah MA. - Bagi anda yang sering menonton ceramah di televisi atau di youtube pasti tidak asing lagi dengan ustadz yang satu ini. Beliau bernama lengkap Khalid Zeed Abdullah Basalamah, dilahirkan di Makassar tanggal 01 Mei 1975. Ustadz Khalid Basalamah menempuh pendidikan sarjananya di Universitas Islam Madinah kemudian melanjutkan S2 di Universitas Mulim Indonesia dan kemudian melanjutkan S3 di Universitas Tun Abdul Razzak Malaysia. Ustadz Khalid Basalamah ini terkenal dengan penyampaian ceramahnya yang sangat tegas dan santun. Beliau sering tampil berceramah di televisi-televisi dakwah seperti insantv, wesaltv dan lain-lain sebagainya. Demikian pula di youtube juga banyak tersebar rekaman ceramah Ustadz Khalid Basalamah yang dengan mudah dapat anda akses. 

Melalui ceramah beliau (setelah taufiq dari Allah) banyak ummat muslim yang mendapat hidayah dan kembali kepada ajaran Islam yang benar. Contohnya seperti Teuku Wisnu yang dulunya adalah seorang pemain sinetron terkenal yang kini alhamdulillah Teuku Wisnu (Abu Adam) telah meninggalkan pekerjaannya yang banyak pelanggaran syari'at tersebut. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Teuku Wisnu dalam tabligh akbar Ustadz Khalid Basalamah yang berjudul "Inilah Generasi Emas Islam" bertemakan "Menuju makassar kota berakhalakulkarimah" di Masjid Al Markas Al Islamy pada Rabu 29 Jumadil Awwal 1437 H / 09 Maret 2016 M. Banyak yang mengira bahwa Ustadz Khalid Basalamah adalah saudara kandung Ustadz Syafiq Basalamah, padahal itu tidak benar. Mungkin karena nama kedua ustadz ini sama-sama basalamah sehingga membuat banyak yang menyangka bahwa kedua ustadz ini adalah saudara kandung.


Dalam menyampaikan dakwah Ustadz Khalid Basalamah tidak terlepas dari banyaknya tuduhan-tuduhan negatif terhadap beliau, walaupun demikian Ustadz Khalid Basalamah tetap sabar dan bijak dalam menghadapi tuduhan-tudahan miring tersebut, bahkan beliau tetap bergaul dan ramah tamah dengan orang yang tidak sepaham dengannya, beliau tidak pernah menjadikan kesalahan seseorang sebagai ajang permusuhan, karena sesungguhnya bagi beliau setiap muslim itu bersaudara.  Ustadz Khalid Basalamah memperjuangkan ajaran Islam yang murni yaitu ajaran Islam yang bersumberkan dari Al-Qur'an dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman para salafush-shaalih, sehingga apapun rintangannya Ustadz Khalid Basalamah tetap semangat dalam memperjuangkan dakwah yang haq ini. Dan sesungguhnya semakin meningkat ketakwaan seseorang maka semakin banyak ujian yang Allah subhaanahu wata'aala berikan kepadanya, ini adalah sebagai cobaan yang sejatinya akan meningkatkan derajat seseorang disisi Allah 'azza wajalla. Biodata Ustadz Khalid Basalamah Nama Lengkap : Khalid Zeed Abdullah Basalamah Kelahiran : Makassar, 01-Mei-1975

 Jenjang Pendidikan yang dilalui :  S1 Universitas Islam Madinah (Arab Saudi) S2 Universitas Muslim Indonesia (Indonesia) S3 Universitas Tun Abdul Razzak (Malaysia) 

Kegiatan Lembaga Ustadz Khalid Basalamah Ketua Umum di Yayasan Ats Tsabat Jakarta Timur Ketua di Forum Pengiriman Dai Irian Penasehat di Wesaltv Jakarta Kegiatan Perbisnisan Ustadz Khalid Basalamah Direktur di PT. AJWAD Jakarta Barat  (Bergerak pada bidang bisnis KAYU GAHARU, AJWAD GOLD, AJWAD RESTORAN Timur Tengah (Kalibata City Square), AJWAD Souvenir Timur Tengah (Oleh-oleh haji) (Kalibata City Square) dan penerbitan buku-buku Islam. 

Jadwal Kajian Ustadz Khalid Basalamah Ceramah Pekanan: Senin dan Jumat jam 9.30-11.30 MT.Baitu Hurun Inn (Bu Amy) 085780187993/0811664392, Jalan.Puri Mutiara 2 No.36 Jeruk Purut Kemang Jakarta Selatan (Kitab Kabair) Selasa Ganjil (1,3&5), Masjid Nurullah Kalibata City Square Lantai LG, Jakarta Selatan, antara Magrib Isya materi dan selepas Isya tanya jawab (Kitab Minhaj Muslim) Selasa Genap (2&4), Masjid Al Fattah Jatinegara Jakarta Timur, antara Magrib Isya materi dan selepas Isya tanya jawab (Kitab Minhaj Muslim) Rabu setiap pekan, Masjid Nurul Iman Blok M Square Jakarta Selatan, antara Magrib Isya materi dan selepas Isya tanya jawab (Kitab Kabair) Kamis setiap pekan jam 8.30-10.30 pagi, Masjid Istiqomah Kelapa Gading (Sebelah Sekolah Al Azhar). (Kitab Bulughul Maram). Hubungi Bu Julie 0818665669 jam 13.00-15.00 Siang, Kompleks Pati Kostrad Kav.13 Cikeas (Belakang Citra Grand, masuk dari pintu gerbang Citra Grand) (pekan 1&2 Kitab Kabair, pekan 3&4 Kitab Minhaj Muslim). Hubungi Bu Imas 0811927373 Ceramah Bulanan : Senin Malam jam 20.00 sampai selesai Cipayung, Jakarta Timur, sebelah sekolah Korea. Hubungi Pak Haiban 08161611243 Selasa pagi jam 9.00 sampai 11.00 Cibubur. Hubungi Bu Dewi 0811860130 Sabtu 1, Jam 9.00-Dhuhur, Sekolah Emisc Condet, Hubungi pak Wahid 08121348344 Sabtu 2; Jam 8.00-10.00, Masjid Al Ihsan Bekasi Barat Jam 11.00-13.30 Kompleks Sentosa Cikarang. Hubungi Bu Yulfiyah 0818966039, Bu Faizah 08161103501 Jam 16.00-17.30 Cikampek. Hubungi pak Arie 081511890008 Demikianlah sedikit informasi tentang biografi / biodata Ustadz Khalid Basalamah. Semoga Allah subhaanahu wata'aala senantiasa menjaga beliau dan memberkahi ilmu beliau.

Sumber :http://www.ikhwansunnah.net/2016/11/biografi-ustadz-dr-khalid-basalamah-ma.html?m=1

Tuesday, October 3, 2017

DOSA-DOSA BESAR YANG PALING BESAR


Oleh
Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas حفظه الله
عَنْ أَبِيْ بَكْرَةَ نُفَيْعِ بْنِ الْحَارِثِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ   ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ – ثَلَاثًا- قُلْنَا:  بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: اَلْإِشْرَاكُ بِاللهِ، وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ. وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ: أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ، وَشَهَادَةُ الزُّوْرِ، فَمَازَالَ  يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا: لَيْتَهُ سَكَتَ
Dari Abu Bakrah Nufai’ bin al-Hârits Radhiyallahu anhu , ia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah aku beritahukan kepadamu dosa besar yang paling besar?” –Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya tiga kali–. Kami (para Shahabat) menjawab, “Tentu, wahai Rasûlullâh.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menyekutukan Allâh dan durhaka kepada kedua orang tua.”Awalnya Beliau bersandar kemudian duduk dan bersabda, “Serta camkanlah, juga perkataan bohong dan saksi palsu.” Nabi selalu mengulanginya sehingga kami berkata (dalam hati kami), “Semoga Beliau diam.”
Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhâri (no. 2654, 5976, 6273, 6274, 6919) dan dalam al-Adabul Mufrad (no. 15); Muslim (no. 87); Ahmad (V/36, 37, 38); At-Tirmidzi (no. 1901, 2301, 3019) dan dalam asy-Syamâ`il Muhammadiyyah (no. 131); Al-Bazzar (no. 3630); dan al-Baihaqi dalam Sunan-nya (X/121).
KOSA KATA HADITS
  • قَوْلُ الزُّوْرِ : Berkata bohong.
  • شَهَادَةُ الزُّوْرِ : Bersaksi dengan saksi palsu dan kebohongan.
SYARH HADITS
Hadits ini menjelaskan tentang dosa-dosa besar yang paling besar, di antaranya; syirik kepada Allâh, durhaka kepada kedua orang tua dan berkata bohong serta saksi palsu.
PERTAMA : PERBUATAN SYIRIK
Syirik kepada Allâh Azza wa Jalla merupakan bentuk kemaksiatan yang paling besar. Syirik merupakan kezhaliman terbesar, dosa besar yang tidak diampuni oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Oleh karena itu, kita harus menjauhi dan menjaga diri serta keluarga agar tidak terjatuh dalam perbuatan syirik. Mengetahui dan memahami tentang syirik dan berbagai macamnya merupakan jalan untuk dapat menjauhinya.
Syirik adalah menyamakan selain Allâh Azza wa Jalla dengan Allâh Subhanahu wa Ta’ala dalam Rubûbiyyah dan Ulûhiyyah serta Asmâ dan Sifat-Nya.[1] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Syirik ada dua macam; pertama syirik dalam Rubûbiyyah, yaitu menetapkan adanya sekutu bagi Allâh yang mengatur alam semesta, sebagaimana firman-Nya:
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ
Katakanlah (Muhammad): ‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai ilah) selain Allâh! Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka sama sekali tidak mempunyai peran serta dalam (penciptaan) langit dan bumi dan tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.’”[Saba’/34:22]
Kedua,syirik dalam ulûhiyyah, yaitu beribadah (berdo’a) kepada selain Allâh, baik dalam bentuk do’a ibadah maupun do’a masalah.”[2]
Umumnya yang dilakukan orang adalah menyekutukan dalam uluhiyyah Allâh, yaitu dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allâh, seperti berdo’a kepada selain Allâh di samping berdo’a kepada Allâh, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdo’a, dan sebagainya kepada selain-Nya.
Oleh karena itu, barangsiapa menyembah dan berdo’a kepada selain Allâh berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
… Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” [Luqmân/31:13]
Syirik (menyekutukan Allâh) dikatakan dosa besar yang paling besar dan kezhaliman yang paling besar, karena ia menyamakan makhluk dengan al-Khâliq (Pencipta) dalam hal-hal yang menjadi kekhususan-Nya. Barangsiapa menyekutukan Allâh dengan sesuatu, maka ia telah menyamakan sesuatu itu dengan Allâh dan ini sebesar-besar kezhaliman. Perbuatan zhalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.[3]
Diantara contoh perbuatan syirik adalah beribadah kepada selain Allâh atau (berdo’a) kepada orang yang sudah mati, baik itu Nabi, wali, maupun yang lainnya.
Berdo’a (memohon) kepada selain Allâh Azza wa Jalla , seperti berdo’a meminta suatu hajat, isti’ânah (minta tolong), istighâtsah (minta tolong di saat sulit), meminta rezeki, kesembuhan dan lain-lain kepada orang mati, baik itu kepada Nabi, wali, habib, kyai, jin maupun kuburan keramat atau kepada pohon dan lainnya selain Allâh adalah syirik akbar (syirik besar).
Istighâtsah[4] atau berdo’a kepada selain Allâh adalah syirik besar. Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, “Dan janganlah engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi bencana kepadamu selain Allâh, sebab jika engkau lakukan (yang demikian) itu, maka sesungguhnya engkau termasuk orang-orang zhalim. Dan jika Allâh menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allâh menghendaki kebaikan bagimu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” [Yûnus/10:106-107]
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman, yang artinya, “Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allâh itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu dari Allâh, dan beribadahlah kepada-Nya dan bersyukurlah kepada-Nya”. [Al-‘Ankabût/29: 17]
Di antara bentuk-bentuk kesyirikan yang masih diyakini oleh sebagian kaum Muslimin antara lain:
  1. Meminta maslahat atau dijauhkan dari mudharat (bahaya) kepada kuburan Nabi, habib, wali, kyai dan lainnya, bernadzar dan menyembelih hewan untuk mereka.
  2. Mempercayai dan mendatangi dukun, paranormal, tukang sihir, orang pintar, tukang ramal dan yang sepertinya dan meminta perlindungan kepada jin.
  3. Mempercayai jimat, tongkat, keris, tangkal, susuk kekuatan, pusaka, barang sakti, ramalan bintang, dan lainnya.
  4. Mempercayai dan menggunakan jampi-jampi, pelet, guna-guna dan lain-lain.
Akibat Orang Yang Berbuat Syirik Yaitu:
  • Allâh Subhanahu wa Ta’ala tidak mengampuni orang yang berbuat syirik, jika ia mati dalam kemusyrikannya dan tidak Sebagaimana firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala di atas [An-Nisaa’/4: 116]
  • Orang yang berbuat syirik tidak mengalami ketenangan dalam hidupnya.
  • Orang yang berbuat syirik tidak mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad n .
  • Orang yang berbuat syirik diharamkan oleh Allâh Azza wa Jalla untuk masuk surga, sebagaimana firman-Nya dalam Surat al-Mâidah ayat ke-72
  • Orang yang berbuat syirik akan terhapus pahala amal kebajikan yang pernah dia lakukan, sebagaiman firman Allâh dalam Surat al-An’âm ayat ke-88
KEDUA : BERBUAT DURHAKA KEPADA ORANG TUA
Kemudian dosa besar yang paling besar yang kedua adalah uqûqul wâlidain (durhaka kepada kedua orang tua). Dalam hadits lain, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa di antara dosa-dosa besar yaitu menyekutukan Allâh, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh diri, dan sumpah palsu.[5]
Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya:”Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepadamu jangan-lah kamu beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya.Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di dalam pemeliharaan-mu maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya.Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang baik”. [Al-Isrâ’/17:23]
Juga firman-Nya, yang artinya, “Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu mempersekutukan sesuatu dengan Aku yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku-lah tempat kembalimu, maka Aku beritahukan kepada-mu apa yang telah kamu kerjakan.”[Luqmân/31:14-15]
Dari al-Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوْقَ الْأُمَّهَاتِ، وَمَنْعًا وَهَاتٍ وَوَأْدَالْبَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ،وَإِضَاعَةَ الْمَالِ.
Sesungguhnya Allâh mengharamkan atas kalian durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, minta sesuatu yang bukan haknya, mengubur anak hidup-hidup.Dan Allâh membenci atas kalian banyak bicara, banyak bertanya, memboroskan harta(menghambur-hamburkan harta).[6]
Hadits ini adalah salah satu hadits yang melarang berbuat durhaka kepada kedua orang tua. Seorang anak yang berbuat durhaka tidak akan masuk surga, sebagaimana hadits dari Abu Darda’ Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْـجَنَّـةَ عَاقٌّ وَلَا مُدْمِنُ خَـمْرٍ وَلَا مُكَذِّبٌ بِقَدَرٍ.
Tidak masuk surga anak yang durhaka, pecandu khamr (minuman keras), dan orang yang mendustakan takdir.[7]
Di antara Bentuk Durhaka (UquqAdalah:
  1. Menimbulkan sesuatu yang tidak mengenakkan orang tua, baik dengan perkataan (ucapan) ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih atau sakit hati.
  2. Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang
  3. Membentak atau menghardik orang tua.
  4. Melaknat dan mencaci kedua orang tua, secara langsung atau tidak langsung.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِنَ الْكَبَائِرِ شَتْمُ الرَّجُلِ وَالِدَيْهِ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَهَلْ يَشْتُمُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ: نَعَمْ، يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ، فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أُمَّهُ، فَيَسُبُّ أُمَّهُ
Di antara dosa-dosa besar adalah cacian seseorang terhadap kedua orang tuanya.” Para Shahabat bertanya, “Wahai Rasûlullâh, Apakah ada orang mencaci kedua orang tuanya?” Beliau menjawab, “Ya, ia mencaci ayah orang lain, maka orang itu akan mencaci ayahnya. Jika ia mencaci ibu orang lain, maka orang itu akan mencaci ibunya.”[8]
  1. Bakhil (pelit), tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain daripada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat mem Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
  2. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain.
  3. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika ‘si Ibu’ melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri, maka tidaklah mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih.
  4. Menyebutkan kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
  5. Memasukkan kemungkaran ke dalam rumah misalnya alat musik, menghisap rokok, dll.
  6. Lebih taat kepada istri daripada kepada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya, na’udzubillaah.
  7. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya mening Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.
Semuanya itu termasuk bentuk-bentuk kedurhakaan kepada kedua orang tua. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam berkata dan berbuat kepada orang tua kita.
Akibat dari durhaka kepada kedua orang tua akan dirasakan di dunia oleh anak yang durhaka. Dari Shahabat Abu Bakrah Radhiyallahu anhu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِـي الدُّنْيَا مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِـي الْآخِرَةِ مِنَ الْبَغْيِوَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ .
Tidak ada dosa yang Allâh cepatkan adzabnya kepada pelakunya di dunia ini di samping adzab yang telah disediakannya di akhirat daripada berlaku zhalim dan memutuskan silaturahim.[9]
Dalam hadits lain Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بَابَانِ مُعَجَّلَانِ عُقُوْبَتُهُمَا فِـي الدُّنْيَا: اَلْبَغْيُ وَالْعُقُوْقُ.
Dua perbuatan dosa yang Allâh cepatkan adzabnya (siksanya) di duniaberbuat zhalim dan al-‘uquq (durhaka kepada orang tua [10]
Keridhaan orang tua harus kita dahulukan daripada keridhaan istri dan anak. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa anak yang durhaka akan diadzab di dunia dan di akhirat serta tidak akan masuk surga dan Allâh Azza wa Jalla tidak akan melihatnya pada hari Kiamat.
KETIGA : BERDUSTA
Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan dosa besar yang paling besar yang ketiga, yaitu sabda Nabi, “Serta camkanlah, juga perkataan bohong dan saksi palsu.
Dusta atau bohong merupakan dosa besar karena dusta adalah keburukan dan kejahatan. Dusta tidak ada manfaatnya, bahkan merusak agama dan kepribadian seorang Muslim. Dusta menunjukkan rendahnya kepribadian seseorang dan kehinaan dirinya. Dusta selalu memutarbalikkan fakta, yang tidak ada seolah-olah ada, yang haq dikatakan batil, yang batil dikatakan benar, yang baik dikatakan jelek, yang jelek jadi baik, dan lainnya. Dusta membohongi diri sendiri dan orang lain. Dusta merupakan sifat orang munafik dan membawa kepada kejahatan.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat menyebutkan ciri-ciri orang munafik, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ.
Ciri-ciri orang munafik itu ada tiga: Jika berkata ia berdusta, jika berjanji ia menyelisihinya, dan  jika diberi amanah ia khianat.[11]
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ،فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَايَزَال ُالرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَاللهِ كَذَّابًا
Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).[12]
Zaman sekarang ini, banyak orang yang begitu mudah berkata dusta dan bersaksi palsu, ia menyangka bahwa dirinya telah berbuat baik kepada orang yang dia bela, tetapi tidak, sebaliknya dia telah berbuat buruk kepada dirinya, kepada orang yang dia bela, dan orang yang dituduh.
Adapun keburukan terhadap dirinya yaitu dia telah berbuat dosa besar yang paling besar –wal ‘iyâdzu billah-. Perbuatan buruk kepada orang yang dia bela yaitu karena dia menimpakan persaksian kepada orang yang tidak berhak menerimanya. Sedangkan perbuatan buruk kepada orang yang dituduhnya, maka sudah jelas, dia telah berbuat zhalim dan melampaui batas terhadapnya.Karena inilah, persaksian palsu merupakan dosa besar yang paling besar –wal ‘iyâdzu billah-.
Janganlah engkau menyangka telah berbuat baik jika engkau bersaksi untuk seseorang dengan saksi palsu. Demi Allâh, engkau hanya berbuat buruk kepadanya. Sayangnya, zaman sekarang ini banyak sekali orang-orang yang bersaksi di pengadilan bahwa si fulan yang berhak, padahal dia berdusta, dan menggunakan nama-nama yang tidak benar. Tujuannya mereka adalah dunia, tetapi akhirnya mereka rugi di dunia dan di akhirat, wal ‘iyâdzu billâh.
Maka wajib bagi orang yang berakal agar berhati-hati dari empat perkara ini, yaitu: Syirik kepada Allâh, durhaka kepada kedua orang tua, berkata bohong, dan bersaksi palsu.[13]
FAWAA-ID:
  1. Dosa itu bervariasi tingkatannya, tergantung tingkat kerusakan yang ditimbulkannya.
  2. Dosa-dosa besar banyak sekali disebutkan dalam al-Qur`ân dan hadits-hadits yang shahih.
  3. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dalam hadits ini tentang dosa-dosa besar yang paling besar.
  4. Dosa terbagi menjadi dosa besar yang paling besar, dosa-dosa besar, dan dosa kecil.
  5. Dosa yang paling besar adalah syirik (menyekutukan Allâh dengan makhluk-Nya). Syirik adalah kezhaliman yang paling besar.
  6. Ancaman yang keras terhadap perbuatan syirik, durhaka kepada kedua orang tua, berbohong, dan sumpah palsu.
  7. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan tentang dosa-dosa besar ini agar manusia berhati-hati, jangan sampai melakukan dosa-dosa tersebut.
  8. Tiga dosar yang paling besar ini bila dilakukan oleh manusia, maka akan membawa malapetaka yang besar di dunia dan akhirat.
  9. Kecintaan para shahabat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Pada diri mereka ada (sikap) rasa takut seorang murid kepada gurunya jika dia melihat gurunya tidak berkenan dan dia berharap agar gurunya itu tidak marah.
  10. Disunnahkan untuk mengulang-ulang ucapan dan nasehat sampai tiga kali agar dapat difahami.
  11. Disunnahkan untuk bersikap serius bagi pemberi nasehat dalam menyampaikan nasehatnya atau penceramah dalam menyampaikan ceramahnya, agar hal itu bisa lebih menyentuh kesadaran dan tepat untuk mencegah perbuatan yang dilarang.
  12. Dibolehkan bagi seorang guru atau pengajar untuk memulai mengajukan pertanyaan kepada anak didiknya.
  13. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling sayang kepada ummatnya dengan menjelaskan perkara-perkara yang haram dan dosa-dosa besar yang paling besar, agar manusia menjauhkan dosa-dosa tersebut.
MARAAJI’:
  1. Kutubussittah
  2. Musnad Imam Ahmad bin Hanbal.
  3. Al-Adabul Mufrad, Imam al-Bukhâ
  4. Sunan al-Baihaqi.
  5. Ad-Dâ` wad Dawâ`, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, tahqiq Syaikh ‘Ali bin Hasan bin ‘Ali ‘Abdul Hamid.
  6. Iqtidhâ`us Shirâthil Mustaqîm, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
  7. Al-Ushûl ats-Tsalâtsah, Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab.
  8. Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani.
  9. Bahjatun Nâzhiriin Syarh Riyâdhish Shâlihîn, Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali.
  10. Syarh Riyâdhish Shâlihîn, Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin.
  11. Prinsip Dasar Islam, cet. XIII, Pustaka at-Taqwa.
  12. Do’a dan Wirid, cet. XXVI, Pustaka Imam asy-Syafi’i.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XVIII/1436H/2015M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079 ]
_______
Footnote
[1]      Lihat ad-Dâ’ wad Dawâ (hlm. 198) oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, tahqiq Syaikh ‘Ali bin Hasan bin ‘Ali ‘Abdul Hamid.
[2]      Iqtidhâ’ush Shirâthil Mustaqîm (II/226) oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
[3]      Lihat ‘Aqîdatut Tauhîd (hlm. 74) oleh Syaikh Shalih bin Fauzan.
[4]     Istighâtsah adalah meminta pertolongan kepada Allâh ketika dalam keadaan sulit supaya dibebaskan dari kesulitan itu.
[5]     Shahih: HR. Al-Bukhâri (no. 6675) dan Muslim (no. 88 [144]).
[6]     Shahih: HR. Al-Bukhâri (no. 5975) dan Muslim (no. 1715 (12)).
[7]     Hasan: HR. Ahmad (VI/441) dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 675).
[8]    Shahih: HR. Al-Bukhâri (5973) dan Muslim (no. 90 (146)). Ini lafazh Muslim, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhuma.
[9]     Shahih: HR. Al-Bukhâri dalam Al-Adabul Mufrad (Shahîh al-Adabul Mufrad(no. 23)), Abu Dawud (no. 4902), at-Tirmidzi (no. 2511), Ibnu Majah (no. 4211), Ahmad (V/36, 38), al-Hâkim (II/356 dan IV/162-163). At-Tirmidzi berkata, “Hadits hasan shahih,” al-Hakim berkata, “Shahih sanadnya,” dan disepakati oleh adz-Dzahabi.
[10]   Shahih: HR. Al-Hâkim (IV/177) dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu.Lihat Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 1120).
[11] Muttafaq ‘alaih: HR. Al-Bukhâri (no. 33) dan Muslim (no. 59 (107)).
[12]   Ahmad (I/384), Al-Bukhâri (no. 6094) dan dalam kitab al-Adabul Mufrad (no. 386), Muslim (no. 2607 (105)), Abu Dawud (no. 4989), At-Tirmidzi (no. 1971), Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (VIII/424-425, no. 25991), Ibnu Hibban (no. 272-273-at-Ta’lîqâtul Hisaan), Al-Baihaqi (X/196),Al-Baghawi (no. 3574) dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu. At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.”
[13]Syarh Riyâdhish ShâlihînSyaikh al-‘Utsaimin (III/207).


Sumber: https://almanhaj.or.id/5591-dosadosa-besar-yang-paling-besar.html
 
Blogger Templates